Klub Persebaya 1927 Surabaya (LPI)
Persebaya1927didirikan oleh
Paijo dan M. Pamoedji pada 18 Juni 1927. Pada awal berdirinya,
Persebaya bernama Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB). Pada
19 April 1930, SIVB bersama dengan VIJ Jakarta, BIVB Bandung, MIVB
(sekarang PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun), VVB (Persis Solo), PSM (PSIM
Yogyakarta),turut membidani kelahiran PSSI dalam pertemuan yang di
Societeit Hadiprojo Jogjakarta.
Pada1943, SIVB berganti nama
menjadi Persibaja (Persatuan Sepak Bola Indonesia Soerabaja). Pada era
ini Persibaja diketuai Dr Soewandi. Kala itu, Persibaja berhasil meraih
gelar juara pada 1950, 1951,dan 1952. Pada1960, nama Persibaja diubah
menjadi Persebaya (Persatuan Sepakbola Surabaya) dan menjadi salah satu
tim raksasa perserikatan.
Tahun lalu, 2010, Persebaya
yang dimanajeri Saleh Ismail Mukadar memutuskan gabung ke kompetisi
Liga Primer Indonesia (LPI) dan berganti nama menjadi Persebaya 1927.
Namun,Persebaya tetap punya tim yang berlagadi kompetisi Divisi Utama
Liga Indonesia, yang dikenal dengan sebutan Persebaya DU.
Profile Klub
Nama : PERSEBAYA 1927
Berdiri : 18 Juni 1927
Julukan : Green Force - Bajul Ijo
Julukan Supporter : Bonek Mania
Alamat : Jl. Karanggayam 1, Surabaya - Indonesia
Badan Hukum : PT. Pengelola Persebaya
Formasi : 3 - 5 - 2
Telepon : 031 - 5032250
Faksimile : 031 - 5032250
Manajemen Klub
CEO : Llano MahardhikaDirektur Teknik : Jorge Castelo
Pelatih Kepala : Aji Santoso
Asisten Pelatih Kiper : Machrus Afif
Asisten Pelatih Kiper : Machrus Afif
Dokter Tim : Hery Siswanto
Ketua Umum : Saleh Ismail Mukadar
Manager Tim Senior : Edu Harijanto
Manager Tim Senior : Edu Harijanto
Kostum : Hijau-Hijau - Putih-Putih
Fans / Suporter : Green Force - Bonek
Fans / Suporter : Green Force - Bonek
Pemain Terkenal Persebaya
Persebaya
juga dikenal sebagai klub yang sering menjadi penyumbang pemain ke tim
nasional Indonesia baik yunior maupun senior. Sederet nama seperti
Rusdy Bahalwan, Rudy Keltjes, Didiek Nurhadi, Soebodro, Riono Asnan,
Yusuf Ekodono, Syamsul Arifin, Subangkit, Mustaqim, Eri Irianto,
Antonic Dejan, Bejo Sugiantoro, Anang Ma'ruf, Hendro Kartiko, Uston
Nawawi, Chairil Anwar, dan Mursyid Effendi merupakan sebagian pemain
timnas hasil binaan Persebaya.
Salah satu yang cukup dikenang adalah Eri Irianto, pemain timnas era 1990-an yang meninggal dunia pada tanggal 3 April 2000 setelah tiba tiba menderita sakit saat Persebaya menghadapi PSIM Yogyakarta dalam pertandingan Divisi Utama Liga Indonesia 1999/2000. Eri Irianto meninggal di rumah sakit pada malam harinya. Nama Eri kemudian dipakai sebagai nama Wisma/Mess Persebaya yang diresmikan pada tanggal 25 April 1993
Kejadian Kontroversial
Salah satu yang cukup dikenang adalah Eri Irianto, pemain timnas era 1990-an yang meninggal dunia pada tanggal 3 April 2000 setelah tiba tiba menderita sakit saat Persebaya menghadapi PSIM Yogyakarta dalam pertandingan Divisi Utama Liga Indonesia 1999/2000. Eri Irianto meninggal di rumah sakit pada malam harinya. Nama Eri kemudian dipakai sebagai nama Wisma/Mess Persebaya yang diresmikan pada tanggal 25 April 1993
Kejadian Kontroversial
Selain
itu, dalam perjalanannya, Persebaya beberapa kali mengalami kejadian
kontroversial. Saat menjuarai Kompetisi Perserikatan pada tahun 1988,
Persebaya pernah memainkan pertandingan yang terkenal dengan istilah
"sepakbola gajah" karena mengalah kepada Persipura Jayapura 0-12, untuk
menyingkirkan saingan mereka PSIS Semarang yang pada tahun sebelumnya
memupuskan impian Persebaya di final kompetisi perserikatan. Taktik ini
setidaknya membawa hasil dan Persebaya berhasil menjadi juara
perserikatan tahun 1988 dengan menyingkirkan PSMS 3 - 1
Pada Liga Indonesia 2002, Persebaya melakukan aksi mogok tanding saat menghadapi PKT Bontang dan diskors pengurangan nilai. Kejadian tersebut menjadi salahsatu penyebab terdegradasinya Persebaya ke divisi I. Tiga tahun kemudian atau tahun 2005, Persebaya menggemparkan publik sepakbola nasional saat mengundurkan diri pada babak delapan besar sehingga memupuskan harapan PSIS dan PSM untuk lolos ke final. Atas kejadian tersebut Persebaya diskors 16 bulan tidak boleh mengikuti kompetisi Liga Indonesia.Namun, skorsing diubah direvisi menjadi hukuman degradasi ke Divisi I Liga Indonesia.
Pada Liga Indonesia 2002, Persebaya melakukan aksi mogok tanding saat menghadapi PKT Bontang dan diskors pengurangan nilai. Kejadian tersebut menjadi salahsatu penyebab terdegradasinya Persebaya ke divisi I. Tiga tahun kemudian atau tahun 2005, Persebaya menggemparkan publik sepakbola nasional saat mengundurkan diri pada babak delapan besar sehingga memupuskan harapan PSIS dan PSM untuk lolos ke final. Atas kejadian tersebut Persebaya diskors 16 bulan tidak boleh mengikuti kompetisi Liga Indonesia.Namun, skorsing diubah direvisi menjadi hukuman degradasi ke Divisi I Liga Indonesia.
Sekilas tentang Persebaya
PERSEBAYA
SURABAYA membangun The Dream Team II. Barisan bintang Bajul Ijo 1997
dikumpulkan. Sederet bintang baru digaet. Bonekmania pun berikrar:
mendukung Bajul Ijo tanpa anarki. Situasi yang kondusif itu mendorong
kembalinya 'Roh nya Suroboyo'.
Persebaya memang tampak sangat ambisius menghadapi Liga Bank Mandiri (LBM) 2004. Berbagai langkah ditempuh untuk mengembalikan reputasi yang terkikis dua musim terakhir. Indikasinya bisa dilihat dari anggaran senilai Rp 10 miliar.
"Kami
tidak memasang target juara. Tapi, kalau peluang itu ada, kami rebut,"
ungkap Saleh Ismail Mukadar, manajer tim Persebaya kala itu musim
2004.
Manajemen
menyiapkan Rp 3 miliar untuk merekrut sederet bintang top, lokal
maupun asing. Manajemen juga melakukan rekonsiliasi dengan Hendro
Kartiko, Sugiyantoro, Uston Nawawi, dan Anang Mar'ruf, empat pahlawan
Bajul Ijo ketika menjuarai LI III 1997.
Mereka
akan membentuk kekuatan reinkarnasi Bajul Ijo 1997 bersama Chairil
Anwar, Mursyid Effendi, Mat Halil, dan Rahel Tuasalamony yang tetap
setia bersama Persebaya berjuang di Divisi I yang musim kali ini tahun
2007 bermain untuk PSS Sleman.
"Berkumpulnya
kembali pemain-pemain pilar Persebaya ini sangat menguntungkan saya
dalam membangun team-work yang tangguh dan harmonis. Saya optimistis
dengan tim ini," ungkap Jacksen Tiago, anggota skuad Green Force 1997
asal Brasil yang kini naik pangkat jadi pelatih.
Wajar kalau Jacksen lega. Sebab,
selain delapan bintang lama, Jacksen juga mendapatkan pemain andal
Yeyen Tumena, alumnus tim PSSI Primavera, dan Cristian Carrasco, top
skorer Divisi I musim 2003. Klimaksnya manajemen tim Persebaya
mendapatkan bintang populer: Kurniawan Dwi Yulianto.
pada Musim 2006 persebaya menjadi juara Liga indonesia divisi 1 setelah di partai final yang dilangsungkan di Stadion kebanggaan arek arek kediri 'Stadion Brawijaya' melawan Persis SOLO dengan skor 2-0. ini gelar ke 2 persebaya Juara di divisi 1 sebelumnya juga pernah merasakan gelar juara divisi 1 pada musim 2003 dan musim 2007 ini persebaya bertarung di group timur DIVISI UTAMA liga indonesia
pada Musim 2006 persebaya menjadi juara Liga indonesia divisi 1 setelah di partai final yang dilangsungkan di Stadion kebanggaan arek arek kediri 'Stadion Brawijaya' melawan Persis SOLO dengan skor 2-0. ini gelar ke 2 persebaya Juara di divisi 1 sebelumnya juga pernah merasakan gelar juara divisi 1 pada musim 2003 dan musim 2007 ini persebaya bertarung di group timur DIVISI UTAMA liga indonesia
Sebelumnya,
Persebaya meraih gelar juara di LI 1996/1997 dan 2004. Prestasi yang
diraih tim kebanggaan warga Surabaya itu hanya bisa disamai Persik
Kediri yang tampil sebagai tim terbaik di LI 2003 dan 2006.Gelar juara
yang ketiga akan sangat menghibur segenap pecinta Persebaya.
Kisah Sukses Persebaya di tahun 2004
Pelatih: Jacksen F Tiago (Brazil)
Selama berkiprah 14 tahun berkiprah di Liga Indonesia (LI), ia mendapatkan segala-galanya sebagai pemain: juara (bersama Persebaya Surabaya), runner-up (Petrokimia Putra), gelar Top Skorer (LI III). Dan, sebagai pelatih, ia sukses mengantarkan klub Assyabaab menjuarai Kompetisi Persebaya dan membawa Persebaya kembali ke Divisi Utama Liga Bank Mandiri 2004.
Prestasi Klub
MERAIH
sukses di negeri orang. Itulah Jacksen F. Tiago dari Brasil. Tak
percuma ia terbang jauh ke Indonesia untuk melanjutkan karirnya sebagai
pesepakbola.
Selama berkiprah 14 tahun berkiprah di Liga Indonesia (LI), ia mendapatkan segala-galanya sebagai pemain: juara (bersama Persebaya Surabaya), runner-up (Petrokimia Putra), gelar Top Skorer (LI III). Dan, sebagai pelatih, ia sukses mengantarkan klub Assyabaab menjuarai Kompetisi Persebaya dan membawa Persebaya kembali ke Divisi Utama Liga Bank Mandiri 2004.
Kunci sukses Jacksen adalah
kemauannya untuk melebur dan memasuki budaya di sekitarnya. Tak heran,
kalau ia tak sekadar fasih berbahasa Indonesia tapi juga bahasa Jawa
dialek Surabaya dan Jawa Timur pada umumnya.
Komunikasi dan diskusi -dengan
pemain, asisten pelatih, pengamat, dan suporter- memang menjadi bagian
penting dari program Jacksen untuk membawa kembali Persebaya menjadi
juara.
Kelahiran Rio De Janiero, Brasil, 1968-05-28
- Karir Pemain: 1994-1995 Petrokimia Putra , 1995-1996 PSM Makassar , 1996-1998 Persebaya Surabaya , 1998-1999 Geylang Singapore , 1999-2000 Persebaya Surabaya , 2001- Petrokimia Putra
- Karir Pelatih: 2002-2003 Klub Assyabaab (anggota kelas utama Persebaya) , 2003- Persebaya di Divisi I , 2004- Persebaya di Divisi Utama
- Prestasi: runner-up LI I (Petrokimia Putra) , runner-up LI II (PSM) , Juara LI III (Persebaya) , Top Skorer LI III (26 gol) , membawa klub Assyabaab juara kelas utama Kompetisi Persebaya , Persebaya juara Kompetisi Divisi I PSSI.
Perserikatan
- 1938 - Runner-up, kalah dari VIJ Jakarta
- 1942 - Runner-up, kalah dari Persis Solo
- 1950 - Juara, menang atas Persib Bandung
- 1951 - Juara, menang atas Persija Jakarta
- 1952 - Juara, menang atas Persija Jakarta
- 1965 - Runner-up, kalah dari PSM Ujungpandang (sekarang PSM Makassar)
- 1967 - Runner-up, kalah dari PSMS Medan
- 1971 - Runner-up, kalah dari PSMS Medan
- 1973 - Runner-up, kalah dari Persija Jakarta
- 1977 - Runner-up, kalah dari Persija Jakarta
- 1978 - Juara, menang atas PSMS Medan
- 1981 - Runner-up, kalah dari Persiraja Banda Aceh
- 1987 - Runner-up, kalah dari PSIS Semarang
- 1990 - Runner-up, kalah dari Persib Bandung
Liga Indonesia
- 1994/1995 - Posisi ke-9, Wilayah Timur
- 1995/1996 - Posisi ke-7, Wilayah Timur
- 1996/1997 - Juara
- 1997/1998 - dihentikan
- 1998/1999 - Runner-up
- 1999/2000 - Posisi ke-6, Wilayah Timur
- 2001 - ?
- 2002 - Degradasi ke Divisi Satu
- 2003 - Juara Divisi Satu, Promosi ke Divisi Utama
- 2004 - Juara
- 2005 - Mundur dalam babak 8 besar (awalnya diskorsing dua tahun, namun dikurangi menjadi 16 bulan, dan kemudian dikurangi lagi menjadi degradasi ke Divisi Satu)
- 2006 - Juara Divisi Satu, Promosi ke Divisi Utama
- 2007 - Posisi ke-14, Wilayah Timur (Tidak lolos ke Super Liga)
- 2008 - Peringkat ke-4. Mengalahkan PSMS Medan dalam Babak Playoff lewat drama adu penalti. Kemudian, secara otomatis Persebaya lolos ke ISL.
Liga Super Indonesia
- 2009 - degradasi ke devisi utama
Liga Champions Asia
- 1998 - Babak pertama (masih bernama Piala Champions Asia)
- 2005 - Babak pertama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar